Weekend
tentunya merupakan hari yang dinanti oleh banyak orang karena bisa
bermalas-malasan dirumah setelah letih dengan rutinitas kerja sepekan lalu.
Lain halnya dengan yang mempunyai hobi berpetualang. Tentunya di hari jumat
pertanyaan ; “Kemana tujuan weekend yang seru kali ini?” telah mengusik benak
mereka.
Masih banyak sekali
tempat-tempat yang menyajikan keindahan alam disekeliling kita yang belum
banyak disapa pengunjung. Tempat-tempat seperti ini asik dikunjungi ketika
weekend, Lhok Ketapang misalnya. Tempat yang dapat ditempuh dengan 3 jam
perjalanan dari Ujong Pancu, Aceh Besar ini menyajikan keindahan pantai pasir
putih dengan biru laut yang kontras, tampak dari kejauhan pulau bunta yang
menambah keindahan yang memanjakan mata.
***
Cerita
ini bermula ketika sabtu pagi menjelang siang yang mulai sedikit terik, Dodi, Ian
dan Rinal menjemputku. Kami mengendarai motor dibawah sinar matahari yang tidak
segan-segan membakar kulit kami. Kami menuju Ujong Pancu, disana dua orang
temanku telah menunggu.
“Kemana aja lama kali
baru sampai jam segini” kata Asra.
“Itulah, luamayan lama
kami tunggu disini”. Sambung Laey dengan akrabnya.
Laey ini teman asra yang juga ikut petualangan, orangnya asik dan cepat berbaur.
“biasa, janji orang Aceh”
jawab Rinal.
Segera kami menitip
motor di salah satu rumah warga, dan mulai berdoa untuk memulai perjalanan
kami.
Destinasi kali ini kami
mengandalkan Rinal, karena diantara kami cuma Rinal yang pernah kesana. Parahnya
Rinal mulai sedikit lupa.
Kami terus mengikuti
jalan setapak menerobos hutan yang masih begitu hijau dan segar, trek dakian
yang begitu terjal ditambah bawaan perlengkapan camping membuat tenagaku begitu
terkuras. Baju sudah bermandikan keringat.
“istirahat dulu ya”, pinta ku.
“iya, aku juga capek nih,
sahut Dodi dengan cepat
|
Trek menuju Destinasi Pantai Lhok Ketapang |
|
Break |
Setelah berhenti
sejenak melepas lelah, kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kami sempat bertemu dengan
beberapa orang yang sedang berburu rusa.
Dua setengah jam
berlalu, dengan rute jalan yang sedikit samar karena jarang dilalui akhirnya
kami menjumpai sumber air, kami mengisi botol minum hingga penuh untuk
persediaan memasak dan minum. Kami beristirahat sedikit lama, bersantai dengan
suasana hutan yang alami.
|
Rinal mengisi persediaan air |
“yok lanjut perjalanan”
kata Rinal
“masih jauh, nal? Tanya
Ian
“udah hampir sampai, dikit
lagi. Jawab Rinal
Jawaban palsu Rinal,
berhasil meyakinkan kami. Di tambah suara deburan ombak dari kejauhan membuat
kami percaya pantai Lhok Ketapang sudah dekat. Padahal dari sumber air hinnga
tempat destinasi itu sekitar setengah jam perjalanan lagi.
Keletihan perjalanan
terbayar tuntas ketika kami tiba di padang ilalang yang begitu hijau. Tampak
dari kejauhan pesona pantai biru kontras dengan pasir putihnya. Dibelakang kami
tampak gunung yang menjulang tinggi, yang berhasil kami lalui.
|
Padang Ilalang |
|
Pantai Lhok Ketapang |
|
Pohon di tepi pantai |
Siang ini kami malas
memasak, kami hanya mengganjal perut dengan roti. Bersantai dibawah pohon yang
cukup rindang yang tumbuh tidak jauh dari bibir pantai.
“kita pasang tenda dulu
yok, ntar baru lanjut santai lagi” ajak Rinal dengan santai.
“yok..yok” sahut kami
berlanjut.
Kami mulai mencari
lokasi yang bagus untuk mendirikan tenda. Dengan kesadaran masing-masing kami
mengambil andil bagian. Ada yang memasang tenda, ada yang mencari kayu bakar,
ada yang mengumpulkan makanan yang kami bawa. Semuanya bekerja.
|
Persediaan makan dan minum seadanya |
Menjelang sore kami
bermain di tepian pantai, ditemani umang-umang yang lalu lalang disekeliling
kami. Asra mencoba keberuntungan nya memancing ikan dengan caranya sendiri.
“yub.. yub.. kaki ku
berdarah nih kena karang, ada bawa betadine?”, teriak Asra dari kejauhan
“ada, ambil aja dalam
carrier sana” jawabku
berlatar belakang sebagai
perawat, aku selalu membawa perlengkapan P3K jika kemping.
Puas bermain di
hantaman ombak kami kembali ke tenda, melihat Asra yang sedang sibuk memerban
kakinya yang luka.
“jalan kearah sana yok”
ajak Laey sambil menunjuk batu- batu besar di tepian pantai.
“iya tunggu siap aku
plaster luka dulu” sahut Asra
“yok. waktu aku dulu
kesini, kami dapat lobster disana” tambah Rinal
Sore hari itu kami
menyusuri pantai berharap beruntung dapat lobster, sayangnya keberuntungan
tidak berpihak. Tidak satupun kami temukan. Akhirnya kami hanya berfoto dengan
keindahan alam sebagai background fotonya. Sepertinya itu cukup.
|
Diatas Batu |
Senja menyapa, kami
menikmati keindahan nya ditemani segelas kopi. Cerita demi cerita mengisi
kebersamaan hingga gelap mulai hadir. Kami mulai kembali ke tenda dan membakar
kayu bakar untuk penerangan.
|
Segelas kopi dan Senja |
|
Senja |
Masak memasak dimulai.
Menu malam ini nasi dan indomie seafood. Kami sebut indomie seafood karena
indomie yang kami masak ditambah cumi-cumi umpan pancing Asra yang gagal
memancing karena kakinya luka. Menu yang cukup enak. karena beneran enak atau
karena suasana yang membuat makanan menjadi enak. Ah entah lah!
|
Suasana Makan Malam |
Malam hari kami lewati
dengan tidur di pecahan karang yang bertumpuk tinggi dihempas ombak pasang.
Menikmati gemintang sambil berbagi pengalaman. Seakan masalah terlupa sejenak
ketika menikmati suasana indah begini.
“Tadi aku ada bawa ubi
sama jagung, hampir aja lupa, kita panggang-panggang yok!!.” kata Rinal
“Pas kali, aku pun mulai lapar”. Sahut Dodi sambil mengelus perut
Kami mulai memanggang
ubi dan jagung di api unggun yang kami buat untuk penerangan. Sesekali
umang-umang berkumpul mendekat mengusik, keisengan Laey timbul dengan
memanggang umang-umang yang mengganggu.
Malam semakin larut,
setelah ubi dan jagung sampai di perut kami. Rasa kantuk seakan tidak
menghampiri jika sudah berkumpul bersama seperti ini. mengingat rute pulang
yang melelahkan, kami mencoba menjaga stamina. Dan memaksa mata agar segera
terlelap.
***
Suara
berisik di laur tenda terdengar membangunkanku. Aku bisa menebak, itu pasti
Rinal yang sedang memasak air. Ketika aku keluar dari tenda ternyata benar.
Rinal lah anak muda yang rajin bangun pagi memasak air buat kopi.
“Ada
masak lebih buat aku, nal?” Tanyaku
“Ada,
banyak itu ku masak. Cukuplah untuk kalian buat kopi” jawab Rinal
Satu
persatu semua bangun, ikut membuat kopi dan menikmatinya di tepi pantai dengan
hangatnya cahaya mentari.
“Masak
terus yok, aku mulai lapar” ajak Asra dengan wajah laparnya
“Yok..
aku pun mulai lapar” jawabku
Ternyata
persedian air kami hanya tinggal sedikit, kami simpan untuk persediaan jalan
pulang. Pagi itu kami terpaksa memasak nasi dengan campuran air laut. Masih
menu yang sama, kami juga memasak indomie. Enak gak enak, anggap saja enak jika
dalam kondisi begini.
Menjelang
siang kami membongkar tenda. Sebelum pulang kami mengutip sampah yang
berserakan disekitar dan membakarnya. Sebagai manusia yang cinta dengan alam,
kami menjaga kebersihan. Tempat yang indah seperti ini akan kotor jika tidak
kita jaga. [Tamat]
Lhok Ketapang, 28 April 2013
|
Mapala Gagal |