...Sambungan
Selamat
pagi. Sapaan kicau burung terdengar menghibur. Kami bangun dengan badan segar,
tanpa usikan nyamuk sedikitpun. Sayangnya pagi ini kami tidak beruntung, sunrise tidak
menampakkan diri karena cuaca sedikit mendung dan gerimis. Saya berjalan menuju
tenda, melihat sisa badai semalam yang menghancurkan tenda kami. Didekat tenda sudah
ada rinal yang memasak air untuk membuat kopi dan memasak mie instan untuk
sarapan. Layaknya seorang ibu memasakkan sarapan untuk anaknya-anaknya, begitulah
Rinal.
Setelah gerimis mereda pak Obay
datang mengajak berkeliling pulau. Sangat disayangkan jika jauh-jauh kesini
kami hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan. Karena itu Saya, Ian, Edy, Laey, dan Surgek menerima
ajakan. Sedangkan rinal dan teman-teman lain lebih memilih snorkling di pantai
karena kemarin mereka belum puas snorkling.
Kami
memulai perjalanan melalui arah timur, dengan perbekalan air yang Cuma setengah
botol aqua besar dan kwaci yang dibawa Ian. Ditambah pisau yang mungkin diperlukan
untuk menjaga diri jika ada binatang liar. Kami melewati jalan setapak, dibawah
pepohonan kelapa. Saya melihat banyak kelapa yang berserakan, Pak obay menandai
kelapa itu, dan meletakkannya lagi di tempat semula. Kebiasaan orang disini,
jika kelapa sudah ditandai orang tidak boleh mengambil.
Kemudian
kami menyusuri tepian pantai, sepanjang perjalanan kami disajikan pemandangan
gunung goh leumo yang berselimut awan di sebelah timur. di tepian sisa air
pasang terlihat banyak batang kayu yang terhanyut ombak, banyak sandal
sebelah-sebelah, juga banyak botol minuman segala merk yang masih bersegel. Tidak hanya
sampah, kami juga menemukan karang merah. kata pak Obay “karang jenis ini sudah
langka di Indonesia”. Entahlah, jika memang sudah langka seharusnya pemerintah
lebih peduli akan hal ini.
Berjalan menikmati suasana
sambil ditemani kwaci membuat kami Tak sadar 2 jam lebih perjalanan sudah kami
tempuh, minuman sudah habis. Karena banyaknya buah kelapa yang berserakan Pak
obay mengakali dengan mengambil air kelapa untuk menghilangkan dahaga.
tibalah saat yang sedikit
ekstreme, melewati bebatuan yang dihempas ombak. Ditambah licinnya batu membuat
kami begitu berhati-hati agar tidak terpeleset. Hanya ada dua pilihan ketika
itu, lanjutkan dengan memanjat tebing agar sampai di mercusuar atau kembali
melewati pesisir pantai. Mengingat perjalanan yang cukup jauh jika kembali,
saya memilih mengambil resiko memanjat tebing.
Tak terbayang, serusak apa
tubuh ini jika tidak hati-hati dalam memanjat dan tergelincir jatuh kebawah
tebing, kearah batu-batu karang runcing dan ombak ganas samudera hindia. Resiko
yang cukup besar memang mendaki tebing yang curam tanpa pengaman. Syukurlah
kami semua selamat tiba di mercusuar tempat kemarin sore kami mengabadikan
lukisan sunset alam.
Beristiraahat sejenak di
mercusuar, sambil bercerita tentang “mon na laba” yaitu sumber air pertama di
pulau ini. Rencananya ingin kesitu melihat sumber air tersebut, melihat badan
yang sudah begitu letih kami membatalkan niat dan kembali ke tenda.
Selama tiga setengah jam berkeliling
pulau saya melihat tidak banyak rumah di pulau ini, mungkin banyak rumah yang telah hancur akibat bencana tsunami silam. di mercusuar ada beberapa rumah permanen yang
dihuni beberapa orang yang menjaga mercusuar. Tidak banyak penduduk yang
mendiami pulau ini. Mereka hanya melepas hewan ternak sapi disini, sehingga
beberap tempat berserakan kotoran sapi.
tiba di tenda rinal dan
teman-temannya sedang asik dengan hasil kerang yang mereka dapat. rasa letih
membuat kami malas memasak utuk makan siang, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore
akhirnya kami memutuskan untuk membongkar tenda dan berkemas-kemas pulang.
Sepanjang perjalanan pulang Samudera
Hindia dan Selat malaka sepertinya
sedang tidak “akur”, perahu yang kami tumpangi sedikit tidak stabil
terhempas gelombang. Karena letih saya memilih untuk memejamkan mata dan
mencoba tidur di ayunan gelombang, tetapi percikan ombak yang diterjang laju
perahu lagi- lagi mengenai muka saya dan membuat saya gagal tertidur. keletihan mata saya saat itu sedikit terhibur dengan pemandangan kota Banda Aceh dari tengah laut. Tak terasa sejam berlalu kemudian perahu berhasil bertambat di dermaga lamtengoh.
[tamat]
**Datang dan buktikan sendiri keindahannya. buat
petualanganmu sendiri!!
Hallo Bro mantap sekali lokasinya. beberapa waktu yang lalu saya mengenai pulau Bunta dari TV dan Internet. punya rencana utk pergi ke sana.
BalasHapusboleh di bagi informasi keuchik desa Pulau Bunta, Pak Asri atau Pak Obay? karena rencana kami akan camping ground di Pulau Bunta.
utk informasi dapat di kirim di email saya yanny.berliana@wilmar.co.id / xnetwarnet@gmail.com
salam...
info nya sudah saya kirim via email bro.
Hapusselamat berpetualang menikmati keindahan pulau bunta
:)